Menulis kerap kali disebut-sebut sebagai bakat yang dimiliki oleh segelintir orang. Namun kenyataannya, mnulis adalah hal alami yang dimiliki manusia. Pada dasarnya semua yang bisa membaca pasti bisa menulis, entah fiksi atau non fiksi. Sehingga menulis bukan hanya bakat, melainkan kerja keras.
Ada lima tahapan yang kamu bisa lalui kalau mau menulis.
1. Persiapan
Persiapan menulis selalu diawali dengan pembentukan ide untuk kemudian dikembangkan menjadi kerangka tulisan. Biasakan mencatat setiap ide yang terlintas di kepalamu, sehingga ketika kamu memerlukan ide, kamu bisa membolak-balik catatan tersebut untuk menemukan inspirasi.
Dalam mengembangkan ide menjadi bahan tulisan, bisa dimulai dengan menguraikan detailnya atau dengan mencari ide-ide lain yang berkorelasi. Setelah puas menelusuri berbagai kemungkinan yang muncul dari idemu, mulailah memilah ide mana saja yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam tulisan.
Ide-ide yang terpilih kemudian disusun menjadi kerangka tulisan. Kerangka tulisan sangat krusial, terlebih untuk tulisan yang bersifat ilmiah. Susun ide-ide tersebut menurut alur dan tujuan tulisanmu.
Membicarakan mengenai ide, biasanya banyak penulis menggalaukan ide yang tak kunjung datang, ide yang mengenai kelanjutan cerita ataupun konflik cerita. Konflik terdiri dari 2 jenis yaitu:
A. Konflik Horisontal
Konflik yg sejajar, maksudnya adalah konflik antara tokoh dengan lingkungan atau makhluk sosial disekitarnya.
B. Konflik Vertikal
Konflik yang ke atas, maksudnya adalah konflik anatar tokoh dengan sang pencipta atau yang kedudukannya lebih tinggi dari manusia.
Banyak penulis yang mendapatkan ide dengan cara yang ekstrim contohnya adalah penulis bernama James Joyes yang mendapatkan ide apabila melihat kapal yang tenggelam, John William yang mendapatkan ide dengan cara mengurung diri didalam kamar dan hanya menggunakan celana dalam. Hal seperti itu wajar karena memang ide bisa datang dengan cara-cara tertentu atau datang dengan sendirinya.
2. Menulis
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan draf pertamamu, bukan tulisan final. Sisihkan waktu yang cukup untuk berkonsentrasi penuh menulis draf awal tulisan dari kerangka yang telah kamu buat. Jauhkan alat komunikasi dan hal-hal yang mungkin akan mengalihkan perhatianmu. Tiga puluh menit konsentrasi penuh adalah waktu yang ideal untuk menghasilkan draf awal.
Ketika menulis draf awal, tidak perlu menghiraukan kesalahan penulisan ataupun tata bahasa. Tulis dan terus tulis setiap untaian kata yang mengalir dari benakmu. Kosakata atau tanda baca yang salah akan punya waktunya sendiri untuk dipertimbangkan. Pada tahap ini tugasmu hanya menulis.
Dalam menulis prosa memiliki 4 proses yang harus diperhatikan, yaitu :
A. Judul
Judul dapat berupa nama tokoh utama, garis besar cerita, kata familiar yang ada pada cerita, filosofi, kutipan dalam cerita, adegan inti, dan lain-lain.
B. Pembukaan
Dalam menulis awalan pada cerpen kita dapat memunculkan masalah yang harus diselesaikan aktor, memulai dengan aksi, memberi garis besar cerita, mengisyaratkan bahaya.
Ada beberapa hal yg perlu dihindari dalam menulis kalimat pembukaan pada cerpen; salah satunya Hindari kalimat sang surya, pagi hari, dan lain-lain.
Contoh kalimat pembukaan:
1. Hari ini aku mati. (Cerpen jantung hati)
2. Apakah bintang masih dilangit yang sama?
C. Isi
1. Gunakan kalimat yang singkat, jangan bertele tele karena novel yg menggunakan kalimat bertele-tele dapat membuat pembaca bosan.
2. Selalu gunakan kalimat yang positif, jangan gunakan kata “tidak”.
D. Penutup
Pentup yang dapat membuat pembaca puas diantaranya:
1. Menggantung
2. Plot twist
3. Antiklimaks
3. Revisi
Selesai dengan draf awal? Saatnya menelusuri ulang tulisanmu dan melakukan revisi.
Ada empat hal yang mungkin perlu kamu lakukan di tahap revisi:
• Menambahkan
• Menyusun ulang
• Menghapus, atau mengganti.
Ketika argumen atau penuturanmu dirasa kurang detail atau kurang penekanan, kamu bisa melakukan penambahan dengan menggunakan ide-ide yang tidak terpakai di tahap persiapan. Untuk penyusunan ulang, dilakukan ketika suatu kalimat atau paragraf terasa lebih alami jika posisinya diganti atau ditukar.
Jika setelah membaca ulang tulisanmu kamu menemukan kalimat yang tidak diperlukan atau malah mengacaukan ritme ceritamu, hapus saja. Selanjutnya, ketika ada bagian yang menurutmu kurang memuaskan, silakan tulis ulang dengan gaya yang kamu anggap lebih sesuai. Pada tahap ini, fokuslah pada konten dan bagaimana meningkatkan kualitasnya. Apabila kamu tidak yakin dengan pendapatmu, cobalah tanya pendapat orang-orang di sekitarmu.
4. Pengeditan
Tahap ini harus selalu kamu lakukan setelah proses revisi selesai. Jangan langsung melompat ke tahap ini, karena kamu akan kehilangan fokus pada konten tulisanmu. Tahap pengeditan adalah tahap ketika kamu mulai memerhatikan pemilihan kata, apakah terlalu banyak pengulangan, tidak tepat, ataupun salah eja. Perhatikan juga tanda baca dan penggunaan istilah. Gunakan kamus dan referensi tata bahasa untuk mengedit tulisanmu.
5. Publikasi
Selesai melalui tahap satu hingga empat, saatnya memublikasikan tulisanmu. Bagi para mahasiswa, mungkin mengumpulkannya ke pihak kampus. Bagi para penulis blog, memublikasikannya ke internet. Bagi para penulis novel, mungkin mulai mengajukannya ke penerbit atau agen penulis.
Lima tahapan menulis ini dapat kamu gunakan sebagai checklist setiap menulis karya. Jangan ragu untuk meminta pendapat orang lain terutama pada saat revisi dan pengeditan. Tetap semangat dan teruslah menulis!
Kamu masih newbie? Sama kok aku juga. Kamu mau jadi penulis handal nan profesional? Maka banyak berlatih. profesional dikatakan seperti itu karena mereka punya jam terbang tinggi. Nah, sering berlatih membuat jam kerja kamu semakin tinggi pula. Semoga bermanfaat
Sumber: OA Seputar Kuliah dan Nuni Febriyanti